Langsung ke konten utama

ARTICLE NELLI KETERAMPILAN BERADAPTASI SEBAGAI KOMPETENSI ABAD 21 GURU PROFESIONAL


Oleh : Nelli Wirda
Guru SMPN 1 Siak Hulu Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar-Riau

ABSTRAK : Guru sebagai tenaga pendidik perlu memahami kompetensi pedagogi guru abad 21 karena sesuai dengan kemajuan zaman, di era yang serba online dan digital ini, pendidikan di Indonesia haruslah segera bertransformasi atau berubah ke arah yang lebih maju agar tidak tertinggal dengan negara lain. Kompetensi pedagogi guru abad 21 tidak cukup hanya mampu menyelenggarakan pembelajaran seperti biasanya, guru dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta mampu memanfaatkannya dalam proses pembelajaran, artinya kemampuan guru khususnya digital literasi perlu terus untuk ditingkatkan. Kemajuan perkembangan teknologi menuntut guru untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi, agar dapat mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.
Kata Kunci : Keterampilan, Beradaptasi, Kompetensi abad ke-21

Pendahuluan
Kompetensi abad 21 tentunya menuntut pengembangan guru untuk memiliki kompetensi yang mumpuni di antaranya kesadaran guru pada perubahan dasar kehidupan manusia yang senantiasa berinteraksi dengan teknologi. Oleh sebab itu, seorang guru juga harus mampu menguasai perkembangan teknologi dengan baik. Di sisi lain, seorang guru hendaknya menjadi teladan sosial yang harus mampu memperhatikan kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam profesinya. Di dalam konteks pembelajaran abad 21 maka seorang guru abad 21 harus mampu mengajar dengan mendorong kemandirian di dalam mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman nyata. Oleh sebab itu, berbagai model dan metode pembelajaran harus dikembangkan untuk memfasilitasi belajar siswa.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 10, Guru dan Dosen harus mempunyai berbagai kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan merupakan suatu kesatuan yang menjadi ciri Guru profesional. Untuk menjamin pelayanan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, maka peningkatan kompetensi ini merupakan suatu proses yang berkelanjutan dalam membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad 21 ini.

Menurut Saud  (2010 : 50) ada sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu :
1.        Menguasai bahan
2.        Mengelola program belajar mengajar
3.        Mengelola kelas
4.        Menggunakan media atau sumber belajar
5.        Menguasai landasan kependidikan
6.        Mengelola interaksi belajar- mengajar
7.        Menilai prestasi belajar
8.        Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan
9.        Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10.    Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.  
Dengan menguasai kesepuluh kompetensi tersebut di atas, maka seorang guru bisa dikatakan guru profesional. guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya. Apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi, guru profesional mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya.
Guru profesional abad 21 senantiasa berkolaborasi untuk menciptakan inovasi dan mengembangkan kreatifitas yang menunjang karir profesi melalui peran KKG maupun MGMP serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Pemanfaatan E-Literasi juga perlu ditingkatkan sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan guru. Dalam konteks ini, kesadaran dan tanggung jawab penuh seorang guru dibutuhkan untuk memahami perubahan dan tantangan zaman yang tidak dapat dihindarkan. Sudah tidak zamannya lagi guru mengedepankan kewibawaan dan acuh terhadap perubahan dan tantangan zaman. Pengembangan Kompetensi Guru untuk Pembelajaran Abad 21 merupakan sesuatu yang dibutuhkan sekarang di era disrupsi. Let's be professional teachers 21st century!

Pembahasan
Keterampilan Beradaptasi
Beradaptasi diesebut juga dengan penyesuaian diri, dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjusment yang berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Sedangkan Khatib (2012) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam memenuhi salah satu kebutuhan psikologis dan mampu menerima dirinya serta mampu menikmati hidupnya tanpa jenis konflik dan mampu menerima kegiatan sosial serta mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di dalam lingkungan sekitarnya.
Begitu juga dalam hal pendidikan, proses beradaptasi terhadap pengetahuan yang baru dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja konseptual yang telah dimiliki, akan mendukung pembelajaran lebih lanjut,  dan  pada  saatnya  akan memunculkan  kreativitas  dan  orisinalitas, dan menentukan kebiasaan  kognitif baru.  Hal tersebut juga meningkatkan keterampilan berpikir  kritis (Lai, 2011).
Guru dapat bereksperimen dengan media sosial  untuk  melibatkan  siswa  dan  membuka  kemungkinan  baru  untuk  kolaborasi,  penciptaan konsep-konsep baru, dan aplikasi ilmu-ilmu untuk pembelajaran abad ke-21. Bahkan potensi siswa dapat dikembangkan dalam hal kreativitas, partisipasi, personalisasi, produktivitas dan pengarahan dirinya sendiri.

Personalisasi dan Penyesuaian Belajar
Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh keahlian, oleh karena itu sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk mengakomodasi beragam gaya dan cara belajar siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan pembelajaran yang lebih personal untuk mendukung kreativitas. Menurut Redecker et al. (2011), personalisasi memiliki implikasi tentang apa, bagaimana dan di mana guru  mengajar. Personalisasi dapat terjadi melalui kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi terjadi lebih cepat dan informasi tentang bakat serta kemajuan siswa lebih segera diketahui.
Guru untuk  abad ke-21  diharapkan dapat  menumbuhkan rasa  ingin tahu  dan menginspirasi  siswa untuk  mengeksplorasi berbagai  aplikasi  untuk pengetahuan  dan  keterampilan  yang  telah  mereka pelajari. Desain pembelajaran akan memainkan peran sentral dalam keberhasilan pembelajaran abad ke-21. Kreativitas dan kemampuan guru untuk merancang kegiatan belajar  yang menarik  sangat penting dalam hal ini. McLoughlin dan Lee (2008) menyatakan bahwa praktek pembelajaran yang efektif dan inovatif akan berbeda sesuai dengan mata pelajaran, namun tekanannya pada hal-hal yang tidak jauh berbeda  yaitu: kompetensi  digital yang berfokus pada  kreativitas dan  kinerja  individu; strategi untuk meta-learning, termasuk pembelajaran yang dirancang; model penalaran induktif dan kreatif, dan  pemecahan masalah; penyusunan konten pembelajaran dan pembentukan pengetahuan secara kolaboratif; pembelajaran horizontal (peer-to-peer), dan hal lainnya.

Kreativitas dan Inovasi
Inovasi  dan  kreativitas  adalah  kompetensi  yang  sangat  berharga  dalam  kehidupan masyarakat. Pertanyaannya, apakah kita para guru siap untuk mengubah pembelajaran konvensional dan mendorong siswa untuk berimprovisasi dan mengejar inovasi Scott (2015c) menyatakan bahwa beberapa  sekolah  telah  mengajarkan  siswanya  untuk  menciptakan pengetahuan;  bukan  hanya mengajarkan siswa  untuk  “memakan” pengetahuan  yang statis  dan lengkap. 
McLoughlin  dan  Lee (2008)  berpendapat  bahwa tujuan  akhir dari  belajar adalah merangsang  kemampuan siswa  untuk menyusun  dan  menghasilkan  ide-ide,  konsep  dan  pengetahuan.  Tujuan  tersebut  dapat  tercapai apabila  terpenuhi  kebutuhan  untuk  pengalaman  belajar  yang  bermakna  yang  memanfaatkan  dan mengembangkan kreativitas siswa, dan bukan mematikannya. Guru dapat memainkan peran kunci dengan mendorong, mengidentifikasi dan mengembangkan kreativitas siswa. Namun demikian, mengajar kreativitas seperti mengajar metakognisi, memerlukan lingkungan belajar untuk mendukung pertumbuhan kreativitas tersebut.

Sarana Belajar yang Tepat
Perkembangan  teknologi  memainkan  peran  penting  dalam  pembelajaran  dan  dapat menciptakan peluang baru  yang belum  pernah terjadi  sebelumnya, namun  teknologi semata  tidak dapat menjamin keberhasilan pembelajaran. Terdapat banyak sarana pembelajaran bagi guru untuk merangsang belajar dan membantu siswa menciptakan pengetahuan baru. Redecker et al. (2009) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dalam belajar mendukung inovasi pedagogis dengan mendorong proses pembelajaran yang didasarkan padapersonalisasi,kolaborasi dan perubahan  pola interaksi  antara  siswa dan siswa,  juga antara  antara siswa  dan  guru.
Teknologi baru membuat tugas-tugas seperti mencari, menyaring, mengolah, mengevaluasi dan mengelola informasi menjadi lebih cepat dan efisien. P21 (2007b) menjelaskan bahwa teknologi komunikasi digital berpotensi untuk mengubah sekolah seperti halnya kurikulum.  Menurut P21 (2007b),hasil penelitian menunjukkan bahwa jika  guru menciptakan  kegiatan pembelajaran yang  bermakna  yang berfokus pada  sumber daya, strategi dan konteksnya sesuai dengan kehidupan siswa, maka tingkat ketidakhadiran menurun, kerjasama  dan  komunikasi  berkembang,  dan  keterampilan  berpikir  kritis  dan  prestasi akademik meningkat.

Bangun hubungan yang baik dalam pembelajaran
Proses pembelajaran dan pengajaran yang berkualitas didasarkan pada hubungan yang kuat, saling menghormati dan saling menjaga kepercayaan. Pembelajaran sering kali merupakan hasil dimana ide-ide didiskusikan bersama antara guru dan siswa. Leadbeater (2008) menekankan bahwa siswa memerlukan hubungan yang memotivasi mereka untuk belajar. Memotivasi seseorang seringkali membutuhkan kepercayaan, keyakinan dan kemampuan;  meningkatkan  aspirasi  dan harapan; menetapkan tujuan yang akan dicapai dan tantangan yang akan dihadapi; dan memberikan penghargaan  yang  relevan. Guru yang baik harus  memiliki keterampilan memotivasi siswa. Hubungan yang baik akan membuat siswa merasa nyaman dan dipedulikan. Perhatian dan dukungan berasal dari guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan lingkungan sekitar.

Model pembelajaran berpusat pada siswa
Pembelajaran  abad  ke-21  harus  relevan,  menarik, efektif  dan  berpusat  pada  siswa. Karena  itu  penting  untuk  mengubah  model  pembelajaran  “kelas  tertutup”  menjadi  model  yang berpusat pada siswa. Guru harus menjadi nyaman dalam mengelola dinamika kelas dan mendukung oleh pembelajaran  secara  mandiri  begitu  juga  guru  harusmendukung  eksplorasi  dan  pemerolehan pengetahuan dan keterampilan baru untuk menyiapkan siswa menuju abad ke-21 (Trilling dan Fadel, 2009).  
Saat  ini  siswa  memiliki  beragam  pilihan  dalam  belajar,  tidak terbatas  pada  ruang  kelas.Penggunaan  beragam  teknologi diluar  kelas memungkinkan  siswa untuk  memiliki bentuk-bentuk pembelajaran (Furlong dan Davies, 2012). Setiap orang dapat belajar kapan saja dan di mana saja. Siswa dapat terus mencari dan memperoleh pengetahuan dimana saja dan kapan saja dari berbagai sumber termasuk buku, website, media sosial, dan lain-lain. Lakukan penilaian terhadap pemahaman dan kompetensi yang lebih mendalam Penilaian seharusnya terkait dengan pembelajaran dan digunakan untuk menginspirasi agar siswa belajar lebih mendalam.
Untuk mengevaluasi pemahaman yang lebih mendalam, adalah penting untuk menilai sejauh mana pengetahuan yang terintegrasi, koheren dan kontekstual. Sesuatu  yang  tidak  mungkin  jika  transformasi  pembelajaran  abad  ke-21  tanpa  disertai  dengan  penilaian sesuai pembelajaran yang dilakukan. Penilaian formatif sangat penting untuk pembelajaran abad ke-21 karena bermanfaat  untuk mengklarifikasi  tujuan pembelajaran,  memantau pembelajaran secara terus  menerus,  memberikan  umpan  balik,  merespon  kemajuan  siswa,  mendorong  adaptasi  dan perbaikan hasil belajar, dan melibatkan siswa dalam penilaian diri dan penilaian sejawat.
Penilaian formatif memungkinkan diagnosis kesenjangan belajar, sehingga dapat ditangani sebelum siswa mengalami kesalahpahaman pengetahuan yang lebih mendasar atau kesalahan dalam menerapkan keterampilan. Rubrik dan alat penilaian formatif lainnya akan memainkan peran penting dalam kelas abad ke-21, karena guru dan siswa memiliki pedoman terhadap tingkat pencapaian hasil belajar. Siswa juga harus diajarkan bagaimana untuk mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Hal ini akan membantu agar mereka menguasai konten dan meningkatkan keterampilan metakognitif mereka, termasuk kemampuan untuk belajar bagaimana untuk belajar dan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari (Saavedra dan Opfer, 2012).

Prinsip Pokok Pembelajaran Abad ke-21 
Nichols (2013) menyederhanakan prinsip pembelajaran abad ke-21 menjadi empat hal berikut ini :
1.    Instruction should be student-centered
Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.  Siswa sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensinya. Guru juga berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya. 
2.    Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Sekolah  (termasuk  di  dalamnya guru)  seyogyanya  dapat  bekerja sama  dengan  lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan pengalaman tentang  praktik  dan metode  pembelajaran  yang  telah dikembangkannya, dan  bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
3.    Learning should have context
Materi pelajaran  perlu dikaitkan  dengan kehidupan sehari-hari  siswa karena  pembelajaran tidak akan  banyak berarti jika  tidak memberi dampak  terhadap kehidupan  siswa di  luar sekolah. Guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru juga perlu membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
4.    Schools should be integrated with society
Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Siswa dapat dilibatkan dalam  berbagai  pengembangan  program  yang  ada  di  masyarakat,  seperti:  program  kesehatan, pendidikan,  lingkungan  hidup, dan  sebagainya.  Selain  itu,  siswa  perlu  diajak pula  mengunjungi panti-panti  asuhan  untuk  melatih  kepekaan  empati  dan  kepedulian  sosialnya.  Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.
Oleh karena itu Sebagai seorang guru, kita harus menyiapkan anak didik kita untuk memiliki keterampilan abad ke-21.  Seorang guru  perlu menguasai  berbagai bidang, mahir  dalam hal  pedagogi termasuk inovasi  dalam  pengajaran  dan  pembelajaran,  memahami  psikologi  pembelajaran  dan  memiliki keterampilan konseling, mengikuti perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan media dan teknologi baru dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan kepribadian dan akhlak yang baik.
Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kinerja akademik siswa, termasuk karakteristik individu dan pengalaman keluarga. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa, di antara faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  sekolah,  guru  adalah  faktor  paling  penting.  Guru yang berkualitas tinggi adalah yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi siswa. Sekalipun teknologi di era  digital  berkembang sangat  pesat, namun  peran guru  dan tenaga  kependidikan masih  tetap memiliki peran sentral, tidak  peduli  bagaimana konsep pendidikan.  Peran guru dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam pengetahuan”, menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan belajar siswa (Hampson, et al., 2011).

Kesimpulan
Dengan memasuki abad 21, maka guru mau tidak mau harus sudah siap menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.Guru harus selalu mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan yang terjadi setiap saat. Guru harus mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat ke dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran di abad 21 penuh tantangan yang harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta didik kelak mampu bertahan dan bersaing di dunia luar.
Tujuan utama dari pembelajaran abad ke-21 adalah membangun kemampuan belajar individu dan  mendukung perkembangan  mereka  menjadi pebelajar  sepanjang  hayat,  aktif, pebelajar  yang mandiri;  oleh  karena itu  guru  perlu  menjadi  'pelatih pembelajaran'    sebuah  peran  yang  sangat berbeda dari guru kelas tradisional.
Guru sebagai pelatih pembelajaran akan memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam  mengembangkan keterampilan dan  menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen bagi siswanya dalam menghadapi ketidakpastian di abad ke-21.

Daftar Bacaan
Bilal Adel Al-khatib, H. S. (2012). Student's Adjustment to College Life at Albalqa Applied University. Journal of Contemporary Research , 2 (11), 7 - 15
Davidoff, L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar : Jilid 2. Alih Bahasa. Drs. Marijuniati. Jakarta : Erlangga
Furlong, J.  and Davies,  C. 2012.  Young people,  new  technologies  and learning  at home:  taking context seriously Oxford Review of Education, Vol. 38, No. 1, pp. 45-62.
Hampson, M., Patton, A. and Shanks, L.  2011.  Ten Ideas for 21st Century Education. London, Innovation Unit. 
Nichols,  J.  2013.  4  Essential  Rules  of  21st  Century  Learning.  [Online].  Tersedia  di: http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-21st century-learning/.  Diakses  5 Desember 2016.
Lai, E.R. 2011. Metacognition: A Literature Review. Pearson Research Report. Upper Saddle River, NJ, Pearson Education.
Leadbeater, C. 2008. What’s Next?  21 Ideas for  21st Century  Learning.  London, The Innovation Unit. 
McLoughlin,  C.  and  Lee,  M.J.W.  2008.  The  three  p’s  of  pedagogyfor  the  networked  society: personalization,  participation,  and  productivity.
Redecker,  C.,  Ala-Mutka,  K.,  Leis,  M.,  Leendertse,  M.,  Punie,  Y.,  Gijsbers,  G., Kirschner,  P., Stoyanov,  S.  and Hoogveld,  B.  2011.  The Future  of Learning:  Preparing  for  Change. Luxembourg, Publications Office of the European Union. 
Saavedra,  A.  and Opfer,  V. 2012.  Teaching and  Learning 21st  Century Skills:  Lessons from  the Learning Sciences. A Global Cities Education Network Report. New York, Asia Society. 
Saud, Udin Syaefudin. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Alfabeta. Bandung.
Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB III

BAB III PELAKSANAAN   RENCANA TINDAK LANJUT ( RTL ) A.       Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan ( RTK ) 1.          Judul RTK Berdasarkan hasil evaluasi dari lima kompetensi diatas yang akan penulis kembangkan dalam kegiatan OJL ini adalah dimensi manajerial. Untuk meningkatakn kompetensi tersebut penulis harus membuat rencana tindakan kepemimpinan (RTK). Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) yang penulis buat yaitu yang berhubungan dengan kompetensi supervisi dengan judul : “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Menyusun   RPP berorientasi HOTS Melalui Pelatihan di SMP Negeri 1 Siak Hulu “   pilihan judul ini berdasarkan pertimbangan Penulis yang sengaja mengambil judul ini karena penulis melihat umumnya para guru di SMPN 1 Siak Hulu kurang mampu menyusun RPP berorientasi HOTS yang pada saat ini harus bisa disusun sendiri oleh para guru sesuai dengan perkembangan perangkat pembelajaran pad...

MAKALAH PRODUKSI DAN FUNGSI BIAYA DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH PRODUKSI DAN FUNGSI BIAYA DALAM PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Makhdalena, SE,M.Si., Ak, CA Disusun oleh : N E L L I     W I R D A NIM.1910246871 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah tanggung jawab negara dan masyarakat, tanggung jawab kita bersama, termasuk dalam hal pembiayaan pendidikan, dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Dalam konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan pendidikan amat diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perlu kita pahami bersama bahwa p...