Oleh : Nelli Wirda
Guru SMPN 1 Siak Hulu Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar-Riau
ABSTRAK : Guru sebagai
tenaga pendidik perlu memahami kompetensi pedagogi guru abad 21
karena sesuai dengan kemajuan zaman, di era yang serba online dan digital ini,
pendidikan di Indonesia haruslah segera bertransformasi atau berubah ke
arah yang lebih maju agar tidak tertinggal dengan negara lain. Kompetensi
pedagogi guru abad 21 tidak cukup hanya mampu menyelenggarakan pembelajaran
seperti biasanya, guru dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta mampu memanfaatkannya dalam proses
pembelajaran, artinya kemampuan guru khususnya digital literasi perlu terus
untuk ditingkatkan. Kemajuan perkembangan teknologi menuntut guru untuk semakin
meningkatkan kemampuan dalam menguasai teknologi, agar dapat
mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar sehingga hasil yang diperoleh
dapat maksimal.
Kata Kunci : Keterampilan, Beradaptasi, Kompetensi abad ke-21
Pendahuluan
Kompetensi abad 21 tentunya menuntut
pengembangan guru untuk memiliki kompetensi yang mumpuni di antaranya kesadaran
guru pada perubahan dasar kehidupan manusia yang senantiasa berinteraksi dengan
teknologi. Oleh sebab itu, seorang guru juga harus mampu menguasai perkembangan
teknologi dengan baik. Di sisi lain, seorang guru hendaknya menjadi teladan sosial yang harus mampu
memperhatikan kesadaran dan tanggung jawab sosial dalam profesinya. Di dalam
konteks pembelajaran abad 21 maka seorang guru
abad 21 harus mampu mengajar dengan mendorong kemandirian di dalam mengkonstruk
pengetahuan melalui pengalaman nyata. Oleh sebab itu, berbagai model dan metode
pembelajaran harus dikembangkan untuk memfasilitasi belajar siswa.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14
tahun 2005 pasal 1 ayat 10, Guru
dan Dosen harus mempunyai berbagai kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik,
kompetensi akademik, kompetensi sosial,
dan kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi
tersebut bersifat holistik dan merupakan suatu kesatuan yang menjadi ciri Guru
profesional. Untuk menjamin pelayanan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman, maka peningkatan kompetensi ini merupakan
suatu proses yang berkelanjutan dalam membantu
para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad 21 ini.
Menurut Saud (2010 : 50) ada sepuluh kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru, yaitu :
1.
Menguasai bahan
2.
Mengelola program belajar mengajar
3.
Mengelola kelas
4.
Menggunakan media atau
sumber belajar
5.
Menguasai landasan
kependidikan
6.
Mengelola interaksi belajar- mengajar
7.
Menilai prestasi belajar
8.
Mengenal fungsi dan
layanan bimbingan penyuluhan
9.
Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah
10.
Memahami dan menafsirkan
hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Dengan
menguasai kesepuluh kompetensi tersebut di atas, maka seorang guru bisa
dikatakan guru profesional. guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya. Apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat
dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi, guru profesional mempunyai
fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan
masyarakat sekitarnya.
Guru profesional abad 21 senantiasa berkolaborasi untuk
menciptakan inovasi dan mengembangkan kreatifitas yang menunjang karir profesi
melalui peran KKG maupun MGMP serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Pemanfaatan E-Literasi juga perlu ditingkatkan sebagai salah satu metode yang
dapat digunakan untuk pengembangan pengetahuan dan wawasan guru. Dalam konteks
ini, kesadaran dan tanggung jawab penuh seorang guru dibutuhkan untuk memahami
perubahan dan tantangan zaman yang tidak dapat dihindarkan. Sudah tidak
zamannya lagi guru mengedepankan kewibawaan dan acuh terhadap perubahan dan
tantangan zaman. Pengembangan Kompetensi Guru untuk Pembelajaran Abad 21
merupakan sesuatu yang dibutuhkan sekarang di era disrupsi. Let's
be professional teachers 21st century!
Pembahasan
Keterampilan Beradaptasi
Beradaptasi diesebut juga
dengan penyesuaian diri, dalam
istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjusment
yang berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri
dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Sedangkan Khatib (2012) mengatakan
bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam memenuhi salah satu
kebutuhan psikologis dan mampu menerima dirinya serta mampu menikmati hidupnya
tanpa jenis konflik dan mampu menerima kegiatan sosial serta mau ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di dalam lingkungan sekitarnya.
Begitu juga dalam hal
pendidikan, proses
beradaptasi terhadap pengetahuan yang baru dan memasukkannya ke dalam kerangka
kerja konseptual yang telah dimiliki, akan mendukung pembelajaran lebih lanjut, dan
pada saatnya akan memunculkan kreativitas
dan orisinalitas, dan menentukan
kebiasaan kognitif baru. Hal tersebut juga meningkatkan keterampilan berpikir kritis (Lai, 2011).
Guru dapat bereksperimen
dengan media sosial untuk melibatkan
siswa dan membuka
kemungkinan baru untuk
kolaborasi, penciptaan konsep-konsep
baru, dan aplikasi ilmu-ilmu untuk pembelajaran abad ke-21. Bahkan potensi siswa dapat dikembangkan dalam
hal kreativitas, partisipasi, personalisasi, produktivitas dan pengarahan dirinya
sendiri.
Personalisasi dan Penyesuaian Belajar
Setiap orang memiliki berbagai cara untuk
memperoleh keahlian, oleh karena itu sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk
mengakomodasi beragam gaya dan cara belajar siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan
pembelajaran yang lebih personal untuk mendukung kreativitas. Menurut Redecker
et al. (2011), personalisasi memiliki implikasi tentang apa, bagaimana dan di
mana guru mengajar. Personalisasi dapat
terjadi melalui kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi
terjadi lebih cepat dan informasi tentang bakat serta kemajuan siswa lebih
segera diketahui.
Guru untuk abad ke-21
diharapkan dapat menumbuhkan
rasa ingin tahu dan menginspirasi siswa untuk
mengeksplorasi berbagai
aplikasi untuk pengetahuan dan
keterampilan yang telah
mereka pelajari. Desain pembelajaran akan
memainkan peran sentral dalam keberhasilan pembelajaran abad ke-21. Kreativitas
dan kemampuan guru untuk merancang kegiatan belajar yang menarik
sangat penting dalam hal ini. McLoughlin dan Lee (2008) menyatakan bahwa
praktek pembelajaran yang efektif dan inovatif akan berbeda sesuai dengan mata
pelajaran, namun tekanannya pada hal-hal yang tidak jauh berbeda yaitu: kompetensi digital yang berfokus pada kreativitas dan kinerja
individu; strategi untuk meta-learning, termasuk pembelajaran yang dirancang;
model penalaran induktif dan kreatif, dan
pemecahan masalah; penyusunan konten pembelajaran dan pembentukan
pengetahuan secara kolaboratif; pembelajaran horizontal (peer-to-peer), dan hal lainnya.
Kreativitas dan Inovasi
Inovasi
dan kreativitas adalah
kompetensi yang sangat
berharga dalam kehidupan masyarakat. Pertanyaannya, apakah
kita para guru siap untuk mengubah pembelajaran konvensional dan mendorong
siswa untuk berimprovisasi dan mengejar inovasi Scott (2015c) menyatakan bahwa
beberapa sekolah telah
mengajarkan siswanya untuk
menciptakan pengetahuan;
bukan hanya mengajarkan
siswa untuk “memakan” pengetahuan yang statis
dan lengkap.
McLoughlin
dan Lee (2008)
berpendapat bahwa tujuan akhir dari
belajar adalah merangsang
kemampuan siswa untuk menyusun dan
menghasilkan ide-ide, konsep
dan pengetahuan. Tujuan
tersebut dapat tercapai apabila terpenuhi
kebutuhan untuk pengalaman
belajar yang bermakna
yang memanfaatkan dan mengembangkan
kreativitas siswa, dan bukan mematikannya. Guru dapat memainkan peran kunci dengan mendorong,
mengidentifikasi dan mengembangkan kreativitas siswa. Namun demikian, mengajar
kreativitas seperti mengajar metakognisi, memerlukan lingkungan belajar untuk mendukung
pertumbuhan kreativitas tersebut.
Sarana Belajar yang
Tepat
Perkembangan
teknologi memainkan peran
penting dalam pembelajaran
dan dapat menciptakan peluang
baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun teknologi semata tidak dapat menjamin keberhasilan
pembelajaran. Terdapat banyak sarana pembelajaran bagi guru untuk merangsang
belajar dan membantu siswa menciptakan pengetahuan baru. Redecker et al. (2009)
menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dalam belajar mendukung inovasi
pedagogis dengan mendorong proses pembelajaran yang didasarkan padapersonalisasi,kolaborasi
dan perubahan pola interaksi antara
siswa dan siswa, juga antara antara siswa
dan guru.
Teknologi baru membuat tugas-tugas seperti mencari,
menyaring, mengolah, mengevaluasi dan mengelola informasi menjadi lebih cepat
dan efisien. P21 (2007b) menjelaskan bahwa teknologi komunikasi digital
berpotensi untuk mengubah sekolah seperti halnya kurikulum. Menurut P21 (2007b),hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna
yang berfokus pada sumber daya,
strategi dan konteksnya sesuai dengan kehidupan siswa, maka tingkat
ketidakhadiran menurun, kerjasama
dan komunikasi berkembang,
dan keterampilan berpikir
kritis dan prestasi akademik meningkat.
Bangun hubungan yang
baik dalam pembelajaran
Proses pembelajaran dan pengajaran yang
berkualitas didasarkan pada hubungan yang kuat, saling menghormati dan saling
menjaga kepercayaan. Pembelajaran sering kali merupakan hasil dimana ide-ide
didiskusikan bersama antara guru dan siswa. Leadbeater (2008) menekankan bahwa siswa
memerlukan hubungan yang memotivasi mereka untuk belajar. Memotivasi seseorang seringkali
membutuhkan kepercayaan, keyakinan dan kemampuan;
meningkatkan aspirasi dan harapan; menetapkan tujuan yang akan
dicapai dan tantangan yang akan dihadapi; dan memberikan penghargaan yang
relevan. Guru yang baik harus memiliki keterampilan memotivasi siswa. Hubungan yang baik akan membuat siswa merasa
nyaman dan dipedulikan. Perhatian dan dukungan berasal dari guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan lingkungan sekitar.
Model pembelajaran berpusat pada siswa
Pembelajaran
abad ke-21 harus
relevan, menarik, efektif dan
berpusat pada siswa. Karena
itu penting untuk
mengubah model pembelajaran
“kelas tertutup” menjadi
model yang berpusat pada siswa.
Guru harus menjadi nyaman dalam mengelola dinamika kelas dan mendukung oleh pembelajaran secara
mandiri begitu juga
guru harusmendukung eksplorasi
dan pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan baru untuk menyiapkan siswa menuju abad ke-21 (Trilling dan Fadel,
2009).
Saat ini
siswa memiliki beragam
pilihan dalam belajar,
tidak terbatas pada ruang
kelas.Penggunaan beragam teknologi diluar kelas memungkinkan siswa untuk
memiliki bentuk-bentuk pembelajaran (Furlong dan Davies, 2012). Setiap orang dapat belajar kapan saja dan di
mana saja. Siswa dapat terus mencari dan memperoleh pengetahuan dimana saja dan
kapan saja dari berbagai sumber termasuk buku, website, media sosial, dan
lain-lain. Lakukan penilaian terhadap pemahaman dan kompetensi yang lebih
mendalam Penilaian seharusnya terkait dengan pembelajaran dan digunakan untuk
menginspirasi agar siswa belajar lebih mendalam.
Untuk mengevaluasi pemahaman yang lebih
mendalam, adalah penting untuk menilai sejauh mana pengetahuan yang
terintegrasi, koheren dan kontekstual. Sesuatu
yang tidak mungkin
jika transformasi pembelajaran
abad ke-21 tanpa
disertai dengan penilaian sesuai pembelajaran yang dilakukan.
Penilaian formatif sangat penting untuk pembelajaran abad ke-21 karena
bermanfaat untuk mengklarifikasi tujuan pembelajaran, memantau pembelajaran secara terus menerus,
memberikan umpan balik,
merespon kemajuan siswa,
mendorong adaptasi dan perbaikan hasil belajar, dan melibatkan
siswa dalam penilaian diri dan penilaian sejawat.
Penilaian formatif memungkinkan diagnosis
kesenjangan belajar, sehingga dapat ditangani sebelum siswa mengalami
kesalahpahaman pengetahuan yang lebih mendasar atau kesalahan dalam menerapkan
keterampilan. Rubrik dan alat penilaian formatif lainnya akan memainkan peran
penting dalam kelas abad ke-21, karena guru dan siswa memiliki pedoman terhadap
tingkat pencapaian hasil belajar. Siswa juga harus diajarkan bagaimana untuk
mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Hal ini akan membantu agar mereka menguasai
konten dan meningkatkan keterampilan metakognitif mereka, termasuk kemampuan
untuk belajar bagaimana untuk belajar dan untuk merefleksikan apa yang telah
dipelajari (Saavedra dan Opfer, 2012).
Prinsip Pokok
Pembelajaran Abad ke-21
Nichols (2013) menyederhanakan prinsip
pembelajaran abad ke-21 menjadi empat hal berikut ini :
1. Instruction should be student-centered
Pembelajaran
seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa sebagai subyek pembelajaran yang secara
aktif mengembangkan minat dan potensinya. Guru juga berperan sebagai
pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa
harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang berbeda latar
budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Sekolah
(termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama
dengan lembaga pendidikan (guru)
lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan pengalaman
tentang praktik dan metode
pembelajaran yang telah dikembangkannya, dan bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya
agar menjadi lebih baik.
3. Learning should have context
Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena
pembelajaran tidak akan banyak
berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di
luar sekolah. Guru perlu mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real
word). Guru juga perlu membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan
atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-harinya.
4. Schools should be integrated with society
Sekolah
seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya,
dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Siswa dapat dilibatkan dalam
berbagai pengembangan program
yang ada di
masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya.
Selain itu, siswa
perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan
untuk melatih kepekaan
empati dan kepedulian
sosialnya. Dengan kekuatan teknologi
dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial
siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat
menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.
Oleh
karena itu Sebagai seorang guru, kita harus menyiapkan anak didik kita untuk
memiliki keterampilan abad ke-21.
Seorang guru perlu menguasai berbagai bidang, mahir dalam hal
pedagogi termasuk inovasi
dalam pengajaran dan
pembelajaran, memahami psikologi
pembelajaran dan memiliki keterampilan konseling, mengikuti
perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan
media dan teknologi baru dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai
untuk pembentukan kepribadian dan akhlak yang baik.
Banyak
faktor yang berkontribusi terhadap kinerja akademik siswa, termasuk karakteristik
individu dan pengalaman keluarga. Penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa, di antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan sekolah, guru
adalah faktor paling
penting. Guru yang berkualitas
tinggi adalah yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi siswa. Sekalipun
teknologi di era digital berkembang sangat pesat, namun
peran guru dan tenaga kependidikan masih tetap memiliki peran sentral, tidak peduli
bagaimana konsep pendidikan.
Peran guru dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola “penanam
pengetahuan”, menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur
kemajuan belajar siswa (Hampson, et al., 2011).
Kesimpulan
Dengan memasuki abad 21, maka guru mau
tidak mau harus sudah siap menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran.Guru harus selalu mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan
yang terjadi setiap saat. Guru harus
mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat ke dalam proses
pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran di abad 21 penuh tantangan yang
harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta didik kelak mampu bertahan dan
bersaing di dunia luar.
Tujuan utama dari pembelajaran abad
ke-21 adalah membangun kemampuan belajar individu dan mendukung perkembangan mereka
menjadi pebelajar sepanjang hayat,
aktif, pebelajar yang
mandiri; oleh karena itu
guru perlu menjadi
'pelatih pembelajaran' – sebuah
peran yang sangat berbeda dari guru kelas tradisional.
Guru sebagai pelatih pembelajaran akan
memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan dan
menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan
belajar mereka. Peran penting seorang guru abad
ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk kepercayaan, keterbukaan,
ketekunan dan komitmen bagi siswanya dalam menghadapi ketidakpastian di abad
ke-21.
Daftar Bacaan
Bilal Adel Al-khatib, H. S. (2012). Student's Adjustment to
College Life at Albalqa Applied University. Journal of Contemporary
Research , 2 (11), 7 - 15
Davidoff, L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar : Jilid 2. Alih
Bahasa. Drs. Marijuniati. Jakarta : Erlangga
Furlong,
J. and Davies, C. 2012.
Young people, new
technologies and learning at home: taking context seriously
Oxford Review of Education, Vol. 38, No. 1, pp. 45-62.
Hampson,
M., Patton, A. and Shanks, L. 2011. Ten Ideas for 21st Century Education. London, Innovation Unit.
Nichols, J.
2013. 4
Essential Rules of 21st Century
Learning. [Online].
Tersedia di: http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-21st century-learning/. Diakses
5 Desember 2016.
Lai,
E.R. 2011. Metacognition: A Literature Review. Pearson Research Report. Upper Saddle River, NJ,
Pearson Education.
Leadbeater, C. 2008. What’s
Next? 21 Ideas for 21st Century
Learning. London, The Innovation Unit.
McLoughlin, C.
and Lee, M.J.W.
2008. The
three p’s of
pedagogyfor the networked
society: personalization, participation, and productivity.
Redecker, C.,
Ala-Mutka, K., Leis,
M., Leendertse, M.,
Punie, Y., Gijsbers,
G., Kirschner, P., Stoyanov, S. and
Hoogveld, B. 2011. The Future
of Learning: Preparing
for Change. Luxembourg,
Publications Office of the European Union.
Saavedra, A. and
Opfer, V. 2012. Teaching and Learning 21st Century
Skills: Lessons from
the Learning Sciences. A Global Cities Education Network Report. New
York, Asia Society.
Saud, Udin Syaefudin. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Alfabeta.
Bandung.
Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century
Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco, Calif.,
Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.
https://jatengpos.co.id/kompetensi-guru-profesional-abad-21/
(diakses 23 Maret 2020)
https://www.researchgate.net/publication/318013627_KETERAMPILAN_ABAD_KE-21_KETERAMPILAN_YANG_DIAJARKAN_MELALUI_PEMBELAJARAN
(Diakses 23 Maret 2020)
https://elpramwidya.wordpress.com/2010/03/15/kecakapan-utama-seorang-guru di-abad-21/ (diakses 20 Maret 2020)
https://bellanura-pgsd.blogspot.com/2012/12/peran-guru-di-abad-21.html
(diakses 23 Maret 2020)
Komentar
Posting Komentar